PB 2010 Pindah ke malang, PERSIB U21 gagal tampil

Perang Bintang (PB) 2010 akhirnya secara resmi dipindahkan ke Malang. Hal ini dikatakan CEO PT Liga Indonesia (PT LI) Djoko Driyono dalam konferensi pers mengenai ditolaknya PB oleh Polda Metro Jaya. Dengan berpindahnya tempat penyelenggaraan, maka dihapuskan juga beberapa program yang bersamaan waktunya dengan kegiatan PB ini, termasuk pertandingan Persib U-21 melawan Bintang U-21.

Dalam konferensi persnya, Djoko mengatakan bahwa keputusan Polda Metro tidak lepas dari beberapa kerusuhan yang dilakukan the Jak pasca pertandingan Persija melawan Arema, 30 Mei 2010 kemarin. Padahal dari awal, PTLI sudah diberi ijin untuk menyelenggarakan pergelaran ini.

Dengan demikian, laga akan dipindahkan ke kota Malang sebagai home juara Liga Super Indonesia 2009/2010. Dengan berpindahnya laga ini, PT LI memutuskan untuk menghapus beberapa program, seperti PB tim ISL U-21, kunjungan sosial, Olimpiade Suporter dan One Day Footbal Festival.

Robi darwis ikut kursus lisensi A

Pelatih Persib Bandung Robby Darwis akan mengikuti kursus kepelatihan Lisensi A Nasional pada tanggal 7 Juni sampai 6 Juli 2010 di Stadion Bea Cukai, Rawamangun, Jakarta Timur. Jika lulus, maka Robby Darwis dapat menjadi pelatih tim Liga Super Indonesia.

Kursus ini akan diikiti oleh 26 pelatih yang masih memegang lisensi B dan dipimpin oleh instruktur Emral Abus yang dibantu dua asisten, Zaenal Abidin (pelatih Persiwa Wamena) dan Hanafing (mantan pelatih PSM Makassar).

Selain Robby Darwis, mantan pemain Persib yang mengikuti kursus ini adalah Nandar Iskandar. Nandar bahkan merupakan pelatih yang berpengalaman karena pernah menangani Persib Bandung, Bandung Raya, bahkan tim nasional Indonesia.

Inilah para peserta kursus Lisensi A:

Nandar Iskandar, Daniel Roekito, Bonggo Pribadi, Nasrul Koto, Tony Ho, Warta Kusuma, Drs. Djoko Malis Mustafa, Ir. La Andi, Dadang Iskandar SE, Mustafa Umarela, Welly Ahmad Podungge, Robby Darwis, Sahrial Effendi, AB Sony, Hendri Susilo, Sudirman, Widiyantoro, Yulnedi Tanjung, Yopie Riwoe, Edi Mulyono, H Solihin, Philep Hansen Maramis, Blitz Tarigan, Jhoni Rining, Assegaf Razak dan Samsul Bahri.

31 Desember 2011 gede bage selesai

Seusai meninjau proses pembangunan Stadion Gedebage, Dede Yusuf menyatakan bahwa PT Adhi Karya selaku pelaksana proyek menyanggupi bahwa stadion ini sudah bisa diserahkan kepada pemkot Bandung pada 31 desember 2011. Walaupun itu hanya untuk stadion utamanya saja dan hanya mempuinyai satu tudung utama dari rencana 2 tudung.

Dede Yusuf bersama staff PT Adhi Karya meninjau proses pembangunan stadion Gedebage

“Selanjutnya baru akan dibangun beberapa bangunan lagi seperti arena cabang olahraga lain dan juga area parkir serta tambahan tudung bagian timur stadion yang selesai pada tahun 2016,” ujarnya di Gedebage.

Keinginan Dede Yusuf meninjau proses pembangunan stadion yang telah lama diidam-idamkan oleh warga Bandung ini didorong oleh besarnya atensi masyarakat melalui jejaring sosial miliknya di facebook dan twitter. Setiap kali ia menuliskan opininya tentang Persib, isu stadion baru ini selalu membanjiri komentar para followers-nya.

“Memang sebelum saya meninjau langsung, pembangunan stadion ini terkesan lambat, namun setelah saya datang kesini, ternyata ada beberapa hambatan yang dihadapi oleh petugas dilapangan. Dan itu logis,” terang pria yang mengaku mengurus sendiri akunnya di facebook dan twitter itu.

Berdasarkan catatan sejarah geologisnya, daerah yang akan dibangun SOR Gedebage ini dulunya adalah titik terendah dari danau purba Bandung, sehingga tanahnya saat ini bersifat lempungan. Maka setelah lahan dibebaskan, proses yang sekarang dikerjakan adalah pemadatan tanah atau masih 1.5 persen.

Beberapa teknologi terbaru sedang dilakukan, salah satunya adalah dengan menggunakan sistem geotekstile. Sistem ini bertujuan untuk mengeluarkan air yang terkandung dalam tanah. “Jadi keadaan lempung ini seperti gabus, kita harus mengeluarkan air yang terdapat didalamnya dengan cara menyuntikan alat, sehingga air yang terdapat didalam gabus itu dapat dikeluarkan,” jelasnya.

Proses ini sudah diimplementasikan juga terhadap pembangunan stadion Palaran di kalimantan Timur dan proses ini pulalah yang membuat pembangunan menjadi lama dan terkesan pembangunannya lambat karena belum masuk ke proses pembangunan nyata.

Pemerintah provinsi tidak menginginkan pembangunan stadion yang sudah lama diidam-idamkan warga Jawa Barat ini dibuat dengan terburu-buru dan hasilnya akan kacau karena nanti ternyata tanah stadion beratus-ratus miliar ini amblas.

Masalah lain yang sedang dipecahkan adalah tentang grade stadion berdasarkan standar FIFA, yaitu kapasitas stadion berdasarkan jumlah tempat duduk tunggal dan maksimal 2 jam perjalanan dari bandara.

“Untuk menyelenggarakan SEA Games yang merupakan kejuaraan yang bersifat internasional kita wajib mengikuti aturan-aturan dasar dari FIFA tentang stadion. Contohnya adalah harus memiliki 8 jalur pada lintasan lari, serta minimal mempunyai 38 ribu kursi tunggal,” katanya.

Peraturan FIFA tentang kursi tunggal stadion inipun sangat detil. Selain ada ukuran minimun panjang dan lebarnya, bahan pokok yang digunakanpun menjadi perhatian mereka. Tujuannya agar kursi yang dapat dilipat ini tidak mudah terbakar. Ada jeda sebelum kursi ini hangus, sehingga ada waktu buat petugas keamanan untuk mengantisipasi kebakaran yang lebih besar.

Jika kapasitas stadion hanya bisa menampung 38 ribu penonton, maka dapat dipastikan beribu bobotoh Persib lain tidak akan tertampung didalam stadion. Maka pihaknya sedang mencari solusi agar nanti akan dibuat semacam kursi tunggal yang tidak permanen dan dapat di bongkar pasang sehingga jika Persib bermain di Liga Super, stadion ini dapat menampung sekitar 70 ribu penonton.

Masalah lain adalah akses jalan menuju stadion. Dengan standar jarak waktu tempuh maksimal 2 jam dari bandara Husein Sastranegara maka diperlukan akses jalan menggunakan fasilitas tol. Jalan tol Purbaleunyi pun sebenarnya berjarak dekat dengan lokasi pembangunan stadion.

“Teorinya seperti yang mudah, namun pada prakteknya tidak semudah itu. Kita harus berkoordinasi dengan pihak Jasa Marga. Terutama adalah permasalahan ijin pembangunan,” pungkasnya.

Pada waktu dekat, pihaknya akan meminta ijin membangun pintu tol pada KM 150 sebagai akses keluar masuk kendaraan, terutama untuk kepentingan pembangunan. Tapi pada grand desainnya, akan dibangun sebuah interchange lalu pintu tol pada KM 149. Sehingga akan ada jalan keluar dari tol Purbaleunyi sepanjang 2 kilometer sebelum masuk ke area SOR.

Sedangkan untuk masalah dana, Dede Yusuf memberikan jaminan bahwa baik pihak Pemprov Jabar maupun Pemkot Bandung akan berusaha maksimal sehingga hal ini tidak akan menjadi masalah.

“Awalnya, Pemprov dan Pemkot berkomitmen mendanai pembangunan stadion ini dengan persentase 60-40, tapi pada tahun 2009 lalu terjadi perubahan rencana dimana dana pembangunan stadion menjadi tanggung jawab Pemkot Bandung dan dibantu oleh dana hibah dari APBD Provinsi Jabar,” ungkap orang nomor dua di Jawa Barat ini.

Dede lalu mengungkapkan, untuk tahun ini saja, pihaknya sudah menyediakan dana siap sebesar 50 miliar untuk mendukung rencana ini, dari total biaya 495 miliar untuk pembangunan stadionnya saja. 101 miliar diantaranya sudah terpakai. Dan ia berharap kedepannya masalah dana ini bisa terus lancar walau kemungkinan adanya keterlambatan pencairan seperti yang biasa terjadi.

Karena pembiayaan stadion ini menggunakan uang rakyat, Dede Yusuf lalu mengajukan usul agar nantinya grand desain perencanaan pembangunan SOR Gedebage ini dapat dilihat secara visual oleh masyarakat luas dengan cara memasangnya di beberapa spot kota Bandung.

PERANG bintang tidak di Jakarta

Perang Bintang 2010 yang rencananya akan digelar Minggu 6 Juni 2010, gagal digelar di Jakarta. Hal ini karena pergelaran ini tidak mendapat ijin dari pihak kepolisian setempat. Mengenai hal ini, PT Liga Indonesia (PT LI) akan mengadakan konferensi pers Selasa sore ini, 2 Juni 2010.

Belum jelas alasan mengapa PB ini ditolak diadakan di Jakarta. Sebagian kabar menyatakan bahwa kehadiran 6 pemain bintang Persib dan akan tampilnya Persib U-21 dikhawatirkan akan menyedot perhatian bobotoh. Hal inilah yang menjadi perhatian kepolisian karena adanya perselisihan antara sebagian supporter tuan rumah dan sebagian bobotoh Persib.

“Perang Bintang gagal digelar. Polda MJ (Metro Jaya) takut suporter Jakmania dan Viking. Berita selanjutnya silahkan hubungi BLI (PT Liga Indonesia),” tulis Security Supervisor PT LI, Nugroho Setiawan lewat pesan singkatnya kepada VIVAnews, Selasa 2 Juni 2010.

Kabar kapan dan di mana partai ini akan digelar, masih menunggu keputusan PT LI sebagai regulator dan penyelenggara Liga.

GONJALES masih teratas

Kekalahan Persisam Samarinda dalam partai penentuan Piala indonesia (PI) 2010 Babak 16 Grup J dari Persija Jakarta 1-0, memupus harapan tim Elang Borneo ini untuk maju ke babak 8 besar. Kekalahan Persisam ini membuka jalan bagi Persija Jakarta dan Sriwijaya FC (SFC) lolos dari grup ini. SFC sendiri lolos setelah mencukur tim PSMP 10-0.

Kekalahan Persisam juga mengeliminasi 2 pemain Persisam yang berpotensi menjadi top skor PI 2010, Pipat Thonkanya dan Zaenal Arif. Pipat berada di urutan 2 dengan 9 gol diikuti Arif 8 gol. Urutan teratas sendiri masih diduduki Christian Gonzales dengan 10 gol.

Sementara itu di kubu SFC, 4 gol yang dibuat Obiora membuat pemain asal Nigeria ini bercokol di daftar top skor sementara dengan beberapa pemain lainnya.

Daftar top skor sementara PI 2010:
10 gol, Christian Gonzales (Persib)
9 gol, Pipat Thonkanya (Persisam)
8 gol, Zaenal Arif (Persisam)
7 gol, Saktiawan Sinaga (Persik)
4 gol, Boaz Solossa, Victor Igbonefo (Persipura), Obiora, Arif Suyono (SFC), Carlos Sciucatti (Persidafon), Rodrigo Santoni (Persikabo)

Tim peserta 8 besar PI 2010:
Persija
SFC
Persebaya
Persib
Arema
Pelita Jaya
Persipura
Persik

Sejarah

Sebelum bernama Persib, di Kota Bandung berdiri Bandoeng Inlandsche Voetball Bond (BIVB) pada sekitar tahun 1923. BIVB ini merupakan salah satu organisasi perjuangan kaum nasionalis pada masa itu. Tercatat sebagai Ketua Umum BIVB adalah Mr. Syamsudin yang kemudian diteruskan oleh putra pejuang wanita Dewi Sartika, yakni R. Atot.

Atot ini pulalah yang tercatat sebagai Komisaris daerah Jawa Barat yang pertama. BIVB memanfaatkan lapangan Tegallega didepan tribun pacuan kuda. Tim BIVB ini beberapa kali mengadakan pertandingan diluar kota seperti Yogyakarta dan Jatinegara Jakarta.

Pada tanggal 19 April 1930, BIVB bersama dengan VIJ Jakarta, SIVB (Persebaya), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. BIVB dalam pertemuan tersebut diwakili oleh Mr. Syamsuddin. Setahun kemudian kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. BIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1933 meski kalah dari VIJ Jakarta.

BIVB kemudian menghilang dan muncul dua perkumpulan lain yang juga diwarnai nasionalisme Indonesia yakni Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB). Pada tanggal 14 Maret 1933, kedua perkumpulan itu sepakat melakukan fusi dan lahirlah perkumpulan yang bernama Persib yang kemudian memilih Anwar St. Pamoentjak sebagai Ketua Umum. Klub- klub yang bergabung kedalam Persib adalah SIAP, Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, OVU, RAN, HBOM, JOP, MALTA, dan Merapi.

Persib kembali masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1934, dan kembali kalah dari VIJ Jakarta. Dua tahun kemudian Persib kembali masuk final dan menderita kekalahan dari Persis Solo. Baru pada tahun 1937, Persib berhasil menjadi juara kompetisi setelah di final membalas kekalahan atas Persis.

Di Bandung pada masa itu juga sudah berdiri perkumpulan sepak bola yang dimotori oleh orang- orang Belanda yakni Voetbal Bond Bandung & Omstreken ( VBBO). Perkumpulan ini kerap memandang rendah Persib. Seolah- olah Persib merupakan perkumpulan “ kelas dua “. VBBO sering mengejek Persib. Maklumlah pertandingan- pertandingan yang dilangsungkan oleh Persib dilakukan di pinggiran Bandung—ketika itu—seperti Tegallega dan Ciroyom. Masyarakat pun ketika itu lebih suka menyaksikan pertandingan yang digelar VBBO. Lokasi pertandingan memang didalam Kota Bandung dan tentu dianggap lebih bergengsi, yaitu dua lapangan dipusat kota, UNI dan SIDOLIG.

Persib memenangkan “ perang dingin “ dan menjadi perkumpulan sepakbola satu- satunya bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya. Klub-klub yang tadinya bernaung dibawah VBBO seperti UNU dan SIDOLIG pun bergabung dengan Persib. Bahkan VBBO kemudian menyerahkan pula lapangan yang biasa mereka pergunakan untuk bertanding yakni Lapangan UNI, Lapangan SIDOLIG ( kini Stadion Persib ), dan Lapangan SPARTA ( kini Stadion Siliwangi ). Situasi ini tentu saja mengukuhkan eksistensi Persib di Bandung.

Ketika Indonesia jatuh ke tangan Jepang. Kegiatan persepakbolaan yang dinaungi organisasi lam dihentikan dan organisasinya dibredel. Hal ini tidak hanya terjadi di Bandung melainkan juga diseluruh tanah air. Dengan sendirinya Persib mengalami masa vakum. Apalagi Pemerintah Kolonial Jepang pun mendirikan perkumpulan baru yang menaungi kegiatan olahraga ketika itu yakni Rengo Tai Iku Kai.

Tapi sebagai organisasi bernapaskan perjuangan, Persib tidak takluk begitu saja pada keinginan Jepang. Memang nama Persib secara resmi berganti dengan nama yang berbahasa Jepang tadi. Tapi semangat juang, tujuan dan misi Persib sebagai sarana perjuangan tidak berubah sedikitpun.

Pada masa Revolusi Fisik, setelah Indonesia merdeka, Persib kembali menunjukkan eksistensinya. Situasi dan kondisi saat itu memaksa Persib untuk tidak hanya eksis di Bandung. Melainkan tersebar diberbagai kota, sehingga ada Persib di Tasikmalaya, Persib di Sumedang, dan Persib di Yogyakarta. Pada masa itu prajurit- prajurit Siliwangi hijrah ke ibukota perjuangan Yogyakarta.

Baru tahun 1948 Persib kembali berdiri di Bandung, kota kelahiran yang kemudian membesarkannya. Rongrongan Belanda kembali datang, VBBO diupayakan hidup lagi oleh Belanda ( NICA ) meski dengan nama yang berbahasa Indonesia Persib sebagai bagian dari kekuatan perjuangan nasional tentu saja dengan sekuat tenaga berusaha menggagalkan upaya tersebut. Pada masa pendudukan NICA tersebut, Persib didirikan kembali atas usaha antara lain, dokter Musa, Munadi, H. Alexa, Rd. Sugeng dengan Ketua Munadi.

Perjuangan Persib rupanya berhasil, sehingga di Bandung hanya ada satu perkumpulan sepak bola yakni Persib yang dilandasi semangat nasionalisme. Untuk kepentingan pengelolaan organisasi, decade 1950- an ini pun mencatat kejadian penting. Pada periode 1953-1957 itulah Persib mengakhiri masa pindah- pindah sekretariat. Walikota Bandung saat itu R. Enoch, membangun Sekretariat Persib di Cilentah. Sebelum akhirnya atas upaya R.Soendoro, Persib berhasil memiliki sekretariat Persib yang sampai sekarang berada di Jalan Gurame.

Pada masa itu, reputasi Persib sebagai salah satu jawara kompetisi perserikatan mulai dibangun. Selama kompetisi perserikatan, Persib tercatat pernah menjadi juara sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1961, 1986, 1990, dan pada kompetisi terakhir pada tahun 1994. Selain itu Persib berhasil menjadi tim peringkat kedua pada tahun 1950, 1959, 1966, 1983, dan 1985.

Keperkasaan tim Persib yang dikomandoi Robby Darwis pada kompetisi perserikatan terakhir terus berlanjut dengan keberhasilan mereka merengkuh juara Liga Indonesia pertama pada tahun 1995. Persib yang saat itu tidak diperkuat pemain asing berhasil menembus dominasi tim tim eks galatama yang merajai babak penyisihan dan menempatkan tujuh tim di babak delapan besar. Persib akhirnya tampil menjadi juara setelah mengalahkan Petrokimia Putra melalui gol yang diciptakan oleh Sutiono Lamso pada menit ke-76.

Sayangnya setelah juara, prestasi Persib cenderung menurun. Puncaknya terjadi saat mereka hampir saja terdegradasi ke Divisi I pada tahun 2003. Beruntung, melalui drama babak playoff, tim berkostum biru-biru ini berhasil bertahan di Divisi Utama.

Sebagai tim yang dikenal tangguh, Persib juga dikenal sebagai klub yang sering menjadi penyumbang pemain ke tim nasional baik yunior maupun senior. Sederet nama seperti Risnandar Soendoro, Nandar Iskandar, Adeng Hudaya, Heri Kiswanto, Adjat Sudradjat, Yusuf Bachtiar, Dadang Kurnia, Robby Darwis, Budiman, Nuralim, Yaris Riyadi hingga generasi Erik Setiawan merupakan sebagian pemain timnas hasil binaan Persib.

harga tiket pertandingan persib

Keterangan:
– Pemesanan tiket dimulai hari Jumat, 30 April sampai Sabtu, 2 Mei 2010 di Stadion Siliwangi, 8.00-16.00 WIB.
– Pemesan mengambil tiket di Kantor Pengurus Daerah (Pengda) PSSI Jabar, Jalan Lodaya Bandung, pada hari Minggu, 2 Mei 2010.
– Satu orang pemesan hanya dijatah dua tiket.
– Jumlah tiket yang dicetak sebanyak 18.000 lembar
– Panpel akan menggelar acara nonton “bareng” di Lapangan Tegallega, GOR Pajajaran, Stadion Persib, dan Alun-alun Ujungberung.

Harga:
VIP: Rp. 150.000,-
Samping: Rp. 75.000,-
Timur: Rp. 50.000,-
Utr/Sel: Rp. 30.000,-

Powered by Blogger